Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 03 Oktober 2012

Akankah Mulut Tak Lagi Menjadi Media Momunikasi ?

Iseng-iseng berkunjung ke info unik, saya menemukan sebuah tulisan ngawur tapi juga masuk akal. bukan masalah ngawurnya itu, tapi bagaimana jika hal yang masuk akal itu benar-benar menjadi kenyataan.
Sebuah cerita yang mungkin adalah kisah nyata yang dialami seorang ibu dari Chicago, Amerika Serikat. Sang ibu mendapatkan satu pesan SMS dari anaknya yang pada saat itu sedang berada di lantai atas. Apa yang membuat cerita tersebut unik?

Anak dan Ibu tersebut berada dalam satu rumah dan hanya terpisahkan oleh lantai atas dan bawah saja, dalam berkomunikasi mereka menggunakan layanan pengiriman pesan singkat atau SMS. Tidak dapat dipungkiri, penggunaan jasa layanan satu ini tidak hanya menjadi trend namun sudah menjadi kebutuhan bagi pengguna handset.

Menurut En.Wikipedia.org, Short Message Service atau SMS adalah sebuah layanan pengiriman pesan tulisan pendek dari sebuah handset yang pertama kali dikembangkan oleh dua orang teknisi dari Jerman bernama Friedhelm Hillebrand dan Bernard Ghillebaert dari Perancis pada tahun 1984.

Seperti yang diungkapkan oleh Pew Internet & American Life Project, saat ini banyak orang di Amerika Serikat yang lebih memprioritaskan menggunakan jasa layanan SMS daripada harus melakukan panggilan secara langsung. Dengan maraknya penggunaan jasa layanan SMS atau layanan dari RIM yaitu BBM akan ‘membunuh’ budaya berbicara antara sesama manusia?

Sebuah tulisan di Huffingtonpost.com mengungkapkan bahwa sekarang ini banyak pengguna handset yang dapat menggabungkan dua teknologi tersebut, yaitu teknologi melakukan pembicaraan jarak jauh dan pengiriman pesan SMS. Namun, sisi negatif dari hal tersebut adalah berkurangnya interaksi face-to-face yang selama ini merupakan ciri manusia dalam berinteraksi secara langsung.

Seorang Profesor di Communication and Media Studies di Fordham University, New York, bernama Janet Sternberg mengatakan, “Memang SMS merupakan seni dari menulis, namun penggunaannya dalam jangka waktu lama dan terus-menerus akan mengakibatkan suatu masalah yang mengganggu kebiasaan dasar dari seorang manusia yaitu percakapan langsung.”

Sternberg memberikan contoh bahwa dia mempunyai beberapa orang murid (mahasiswa) yang ketika diajak untuk berbicara empat mata secara langsung, sang murid terkesan tidak dapat melihat atau fokus menatap mata sang lawan bicaranya.

Kebanyakan para muridnya apabila ingin bertanya selalu menggunakan jasa layanan SMS atau melalui email, daripada harus bertanya secara langsung. Namun, menurut beberapa peneliti lainnya mengatakan bahwa gejala seperti ini sudah terjadi sejak jauh sebelum ditemukannya SMS. Hal tersebut ditandai dengan munculnya beberapa teknologi pengiriman pesan dari jarak jauh seperti telegraph atau ketika diciptakannya sandi morse, dan SMS, BBM, atau sejenisnya hanyalah pengembangan dari gejala tersebut.

Renee Houston, peneliti lain dari University of Puget Sound di Washington mengatakan bahwa seseorang yang dapat menggabungkan antara penggunaan teknologi dalam berkomunikasi dengan berkomunikasi secara langsung mempunyai tingkat adaptasi yang lebih tinggi daripada orang-orang yang hanya berani dan hanya menggunakan teknologi saja dalam berkomunikasi.

Apabila memang seni menulis dan berkiriman pesan singkat menjadi trend yang sangat dibutuhkan dan cenderung merupakan salah satu kebutuhan para pengguna handset, apakah nantinya, di masa depan, semua orang tidak lagi menggunakan suara mereka untuk berkomunikasi dan lebih banyak menggunakan teknologi sebagai pengganti komunikasi secara langsung?

Ditulis Oleh : Bang Kirai // 23.41
Kategori:

1 komentar:

  1. Beginilah perkembangna tehnologi bisa menggeser budaya berkomunikasi. Dan adap bersopan santun pun bisa bergeser pula.

    BalasHapus